Base Camp Bocah SD: Petualangan Berburu Ikan di Kali
Rumah yang Selalu Ramai
Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, rumah saya selalu menjadi base camp bagi teman-teman sebaya. Setiap hari, rumah kecil kami selalu ramai dengan anak-anak yang singgah sebelum atau sesudah bermain. Saat itu, dunia bermain kami begitu luas. Kami bisa menjelajah antar desa, menyeberangi sungai, berlarian di sawah, hingga mendaki lembah dan tepian jurang sungai. Permainan kami tidak terbatas oleh batasan wilayah atau waktu. Kadang, kami bermain sejak pagi hingga petang, bahkan sesekali hingga dini hari.
Ibu saya sebenarnya tidak begitu suka jika saya bermain sampai lupa waktu, apalagi jika harus menginap atau berkeliaran jauh dari rumah. Namun, daripada saya bermain di tempat orang lain dan sulit dicari, beliau lebih rela menjadikan rumah sebagai tempat berkumpul anak-anak kampung. Akhirnya, rumah saya pun menjadi pusat segala kegiatan, mulai dari tempat merencanakan permainan hingga tempat beristirahat setelah seharian berpetualang.
Berburu Ikan di Kali
Salah satu permainan favorit kami saat itu adalah berburu ikan di kali, termasuk memancing belut. Cara menangkap ikan yang kami gunakan cukup unik, meski agak berisiko jika dipikirkan sekarang. Kami memanfaatkan tumbuhan liar berdaun pahit yang biasa dijadikan pakan sapi. Daun ini ditumbuk hingga halus, lalu air perasannya dicampur dengan air kapur yang biasanya digunakan untuk penghalus dinding. Campuran ini kemudian kami tuangkan ke aliran sungai kecil yang mengelilingi kampung kami.
Lokasi favorit kami adalah terowongan air yang melintas di bawah jalan. Tempat itu selalu menjadi sarang ikan yang bersembunyi di balik kegelapan. Untuk menaklukkan mereka, kami membagi diri menjadi dua tim. Tim pertama bertugas di ujung terowongan air untuk menuangkan campuran racun ikan dan membendung sebagian aliran sungai agar air yang masuk ke dalam terowongan berkurang. Setelah aliran air mengecil, racun dituangkan secara perlahan. Setelah campuran habis, bendungan mulai dibuka sedikit demi sedikit, memungkinkan air membawa racun masuk ke dalam terowongan. Kami menunggu sekitar 10 menit, memberi waktu agar ikan-ikan yang bersembunyi terpengaruh oleh racun tersebut.
Sementara itu, tim kedua bersiap di ujung lain terowongan dengan jaring di tangan. Begitu air mulai dialirkan kembali dengan lebih deras, ikan-ikan yang mabuk mulai hanyut keluar dari kegelapan. Saat itulah momen paling seru terjadi! Kami bersorak melihat ikan gabus, lele, kadang juga mujair dan nila, keluar dari terowongan dalam keadaan lemas. Tim kedua dengan sigap menangkap mereka sebelum mereka sadar dan kembali melarikan diri ke dalam air.
Pesta Ikan di Base Camp
Tangkapannya pun segera dibawa ke base camp, alias dapur rumah saya. Di sana, ikan-ikan dibersihkan dan dimasak bersama-sama. Biasanya, kami menggoreng ikan dan membuat sambal sebagai pelengkap. Jika bahan terbatas, sambal kecap dengan potongan cabai rawit sudah cukup untuk melengkapi hidangan sederhana kami. Setelah semua siap, kami berkumpul menikmati hasil tangkapan kami dengan nasi hangat. Momen ini menjadi salah satu yang paling nikmat dalam masa kecil kami.
Melihat ke belakang, saya menyadari bahwa keseruan masa kecil itu begitu berharga. Bukan hanya karena petualangan dan permainan yang kami lakukan, tetapi juga karena kebersamaan dan kehangatan yang terjalin di antara kami. Rumah saya mungkin hanyalah rumah kecil di kampung, tetapi bagi teman-teman saya, itu adalah tempat di mana kenangan masa kecil kami terukir dengan indah.
Tidak ada komentar: