Oleh:
Luluk Choir
(Founder Grup Power 8)
Beberapa tahun yang lalu, aku diperlihatkan bagaimana emosi marah membuat tubuhku bereaksi. Biasanya aku gak sadar saat marah, tapi hari itu entah kenapa aku sadar. Aku menyadari bagaimana reaksi tubuhku terhadap emosi marah: tubuh terasa panas dan gemetar, mata melotot, gagu, dll.
Setelah ikut kelas meditasi samatha beberapa tahun yang lalu, aku 'diberitahu' bahwa tubuh adalah Tuhan/PBS/Semesta yang paling bisa kita kenali. Itu sebabnya pelatihan meditasi samatha banyak mengarahkan perhatian ke tubuh: sadar napas, sadar jalan, sadar makan minum, dll.
Kedua pesan itu begitu kuat dan aku terus diberi kesempatan mengeksplor kesadaran akan tubuh. Aku baca beberapa buku tentang tubuh seperti the body keeps the score, when the body says no, dll, serta mengenali sendiri juga bagaimana getaran energi emosi menggetarkan energi tubuh.
Aku juga belajar mengenali bagaimana energi tubuh mempengaruhi emosi. Misalnya ada rasa khawatir ketika ada rasa sakit di perut sehingga aku buka google mencari sebab-sebab sakit perut, lalu mencoba berbagai cara untuk 'menyembuhkan' rasa sakit perut.
Dulu pengalaman itu berlalu begitu saja. Sekarang pengalaman itu masih datang dan pergi, seolah tanpa arti mendalam di dalamnya, tapi ternyata ada banyak sekali perenungan yang bisa kita lakukan dari semua itu.
Lewat latihan-latihan itu, aku jadi memahami bahwa ada berkah dalam pengalaman emosi seperti marah, khawatir dan ada berkah juga dalam pengalaman sakit perut, yaitu berkah kesempatan untuk mengenali keterkaitan tubuh dan emosi dan pikiran, mengenali ketidakkekalan di dalamnya serta mengenali kehadiran Sang Penyembuh Sejati
Ketika semua pengalaman itu direnungkan dengan cara seperti itu, aku seperti merasakan sentuhan lembut penuh welas asih. Bukan lagi penderitaan yang terasa, tapi kasihNya.
Lalu aku pun paham bahwa penderitaan itu bukanlah musuh. Ia adalah sahabat perjalanan yang mengajakku mengenali kehadiranNya. Dan ketika aku gak merasa memiliki musuh, ketika aku merasa gak ada apapun yang harus dilawan, muncul rasa aman yang menentramkan dalam ketidakpastian ini.
Maka yang kurasakan kemudian adalah bahwa kami -aku dan rasa gak nyaman- saling memberkahi. Ketika aku mengizinkan rasa gak nyaman itu berekspresi, mereka memberkahiku dengan kesempatan mengenali kasihNya.
Apakah ada tehniknya? Banyak. Berdasarkan pengalamanku, yang paling mudah adalah menyadari napas dan merenungi keberkahan didalam napas: bahwa napas ini membantu untuk hidup, bahwa napas ini memberkahi trilyunan sel di tubuh, bahwa napas adalah penghubung dengan alam semesta, dll.
Enjoy!
Ini adalah beberapa cara untuk memberkahi tubuh.
Duduk atau bersila dengan nyaman, ambil napas dalam dan hembuskan beberapa kali lalu mulailah menyadari tubuh: sadari kepala, sadari semua bagian tubuh yang ada di kepala, sadari leher, pundak, lengan sampai jari, dada, perut, punggung, pantat, dst sampai ujung jari kaki.
Bisa juga dengan memberkahi sensasi di tubuh.
Duduk atau bersila dengan nyaman dan sadari napas.
Lalu tanya ke tubuh, "Sensasi apa yang terasa di tubuh?"
Misalnya ada tekanan di dada, maka arahkan perhatian ke sensasi itu lalu amati tanpa mengubah, hanya fokus ke sensasinya dan ijinkan ia ada.
"Aku gak harus mengerti atau memperbaiki, aku hanya menemani sensasi ini."
Kalau pikiran nyasar, segera kembalikan ke sensasi. Letakkan tangan di dada dan katakan, "Aku boleh merasakan ini dan aku tetap aman."
Enjoy!
Tidak ada komentar: