Pinjam Meminjam dengan Mebijaksanaan.*
Oleh:
Luluk Choir
(Founder Grup Power 8)
Ketika kita mau membantu orang dengan uang a.k.a memberi pinjaman, ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelumnya.
1. Niat. Sadari niat kita dulu: karena ingin diakui sebagai orang baik, karena ajaran membantu orang lain, karena ingin diterima oleh orang lain, karena gak bisa mengatakan tidak, karena niat ingin memberdayakan, karena niat ingin bayar karma, dll.
2. Pahami dulu bahwa kehidupan orang lain bukan tanggung jawab kita. Jangan mengambil peran Tuhan seolah mereka gak akan bisa hidup kalau gak kita bantu. Woi, kowe ki sopo?
Lho tapi kan kita harus saling membantu? Betul, tapi membantu itu sesuai kemampuan. Dan jangan salah, membantu juga bisa menghancurkan lho. Bantuanmu bisa membuat orang jadi goblik. Orang yang sering dibantu akan merasa bantuan adalah haknya sehingga dia akan memilih menadahkan tangan saja daripada memberdayakan pikiran dan tubuhnya. Pada dasarnya semua orang maunya yang enak dan mudah, gak mau susah.
3. Sadari ada macam-macam niat peminjam uang: ada orang yang minjam dan berniat mengembalikan, ada yang merasa wajar pinjam karena saudara, teman, tetangga, ada yang pinjam memang dengan niat ngemplang, ada yang pinjam karena sudah biasa pinjam, ada yang pinjam karena merasa kita memang wajib meminjami dia, dll. Peruntukannya pun macam-macam: untuk modal usaha, untuk biaya anak sekolah, untuk pengobatan, untuk beli baju, tas, hp baru, untuk liburan, dll.
4. Cek kemampuan kita. Dahulukan kepentingan kita diatas kepentingan orang lain, jangan meminjamkan uang ke orang lain kalau kita sendiri kesulitan. Uang yang bisa dipinjamkan adalah uang yang gak akan digunakan dalam waktu dekat. Jumlahnya pun dibatasi, gak semua simpanan bisa kita berikan.
5. Sekarang kita bisa petakan si peminjam: dikasih pinjam dengan supervisi, dikasih pinjam dengan mengikhlaskan gak akan dibalikin karena sadar dia gak akan mampu bayar (yang ini sebaiknya sesuai keikhlasan kita aja. Misal kita ikhlasnya ngasih 5ribu, ya udah kasih 5ribu), gak dikasih pinjaman sama sekali, gak dikasih pinjaman tapi dibantu diberdayakan, dll
6. Tanya sama diri sendiri dulu: apakah ini memang perlu? Berapa banyak yang bisa dipinjamkan? Pinjaman jenis apa ini -apakah pinjam beneran atau minta berkedok pinjam? Dll
Aku juga akan tuliskan dari sisi peminjam.
Sebagai peminjam kita juga perlu melakukan beberapa hal sebelum meminjam.
1. Tanyakan pada diri sendiri: apakah ini benar-benar kubutuhkan? Mengapa aku menginginkan hal ini? Mengapa aku harus melakukan ini? Mengapa aku melekati ini? Apakah ini memang untukku? (Karena bisa saja kita ngambil karma orang lain). Dll.
2. Tanyakan pada diri sendiri: apakah aku sudah membuka diri pada semua kemungkinan? Apakah meminjam ini karena memang karmanya begitu? Atau aku meminjam karena pikiranku telah membatasi ketakterbatasan Semesta?
Bagaimana cara membuka kemungkinan? Banyak sih. Aku kasih dua aja.
Duduk atau berbaring lalu ambil napas panjang beberapa kali dengan sadar. Sadari tubuh kita, sadari ruang dimana kita berada, sadari rumah kita, sadari kota dimana rumah kita berada, sadari negara dimana kita berada, sadari bumi, sadari langit, sadari seluruh alam semesta. Lalu tanyakan: apa saja kemungkinan yang ada? Buka diri akan semua jawaban. Lalu tanyakan lagi: apa kemungkinan yang terbaik?
Cara kedua dengan ngobrol sama PBS. Ambil napas panjang dan hembuskan beberapa kali. Lirikkan mata ke kiri bawah dan mulailah bertanya pertanyaan di atas.
3. Kalau kemungkinan yang muncul tetap meminjam, niatkan dengan sungguh-sungguh untuk membayar pinjaman. Lihatlah si peminjam dan pinjaman ini sebagai kehadiran Tuhan dan hormati kehadiranNya.
4. Berikan jaminan barang berharga untuk menumbuhkan tanggung jawab membayar.
5. Tumbuhkan rasa malu karena sudah berhutang dan lebih malu lagi kalau gak membayar.
6. Kalau terpaksa meminjam dan sadar bahwa diri kita punya kecenderungan mangkir bayar utang, lebih baik meminjam ke lembaga yang memang memberi pinjaman daripada pinjam ke orang, karena pinjaman ke lembaga bisa lebih terukur dan terkendali. Lha tapi kan riba? Ya resiko!
7. Sadari bahwa utang adalah pemutus silaturahim paling tajam. Sangat berhati-hatilah.
Mungkin masih banyak yang belum kutulis. Tambahin sendiri aja ya.
Beberapa hari yang lalu aku berpesan kepada seorang sahabat, "Kalau itu terasa berat berarti itu bukan untukmu. Kalau itu memang buatmu, semua akan terasa ringan dan mudah karena kamu berjalan bersama Semesta."
Paragraf terakhir ini adalah kunci. Berlaku untuk kedua belah pihak.
Enjoy!
Tidak ada komentar: