Wajib.
Bagi kami, anak-anak SD hingga SMP di kampung, bulan Ramadan berarti menghabiskan hampir 24 jam penuh di mushola—atau yang kami biasa sebut langgar. Langgar adalah pusat segala aktivitas kami selama bulan suci. Tempat berkumpulnya semua anak laki-laki di kampung, tempat kami belajar, bermain, beribadah, hingga melakukan segala macam keisengan khas anak-anak.
Kami hanya pulang ke rumah sebentar, sekadar untuk berbuka dan sahur. Tidak ada istilah bukber mewah di masjid seperti sekarang. Paling banter, takjilnya cuma teh hangat, kolak, atau kalau beruntung, es cao dan gorengan. Kalau lebih beruntung lagi, mungkin ada roti atau kurma. Jadi, meskipun kami seharian di langgar, tetap saja rumah hanya jadi persinggahan sebentar.
Camping di Langgar: Apa Saja yang Kami Lakukan?
Aktivitas di langgar tidak ada habisnya. Setelah sholat wajib, tarawih, dan tadarusan yang biasanya selesai sekitar jam 9 malam, kami bebas melakukan apa saja. Ada yang main catur di langgar, ada yang main petak umpet di luar, bahkan ada yang jalan-jalan ke pasar, karena kalau Ramadan, pasar bisa ramai sampai dini hari!
Tidurnya? Hanya 2-3 jam saja! Soalnya jam 2 atau 3 dini hari kami sudah harus bertugas—keliling kampung membangunkan warga untuk sahur. Kami menyebutnya patroli sahur, tugas suci yang diam-diam juga menjadi ajang untuk berisik dan bikin onar.
Kejahilan di Langgar
Nah, bagian paling seru dari tidur di langgar adalah kejahilan yang selalu terjadi setiap malam. Dan yang paling sial? Siapa pun yang tidur duluan.
Ada satu trik jahil yang hampir setiap tahun kami lakukan. Biasanya, korban yang ketiduran lebih dulu akan diikat sarungnya pakai tali rafia, lalu talinya diikat ke tiang langgar. Saat lampu dimatikan, ada yang memakai mukena putih dan mulai beraksi. Begitu lampu mati dan sosok putih muncul, semua anak langsung pura-pura panik dan berteriak:
"Hantuuuuu!"
Si korban yang baru bangun pasti kaget luar biasa. Dalam kepanikan, dia mencoba lari… tapi sarungnya terikat! Dan saat dipaksa lari, hasilnya? Dia berhasil lari, tapi tanpa sarung!
Bisa dibayangkan, satu langgar langsung pecah dengan tawa!
Kalau dipikir-pikir sekarang, jahil juga ya, kita dulu? Tapi justru itu yang membuat Ramadan di masa kecil begitu berkesan.
Bagaimana dengan kalian?
Apakah dulu pernah mengalami keseruan seperti ini saat Ramadan?
Atau malah jadi korban kejahilan? 😆
Tidak ada komentar: