Berikut adalah versi tulisan Anda yang telah diperbaiki agar lebih nyaman dan menarik dibaca:
Kenangan Libur Ramadan di Masa SD
Dulu, ketika saya masih SD, libur puasa Ramadan bisa berlangsung sebulan penuh. Bagi anak-anak, itu terasa sangat menyenangkan. Libur saat itu benar-benar libur—berbeda dengan sekarang, di mana libur sekolah sering disertai banyak tugas. Karena benar-benar libur, kami pun menggantinya dengan bermain seharian, mulai dari setelah Subuh hingga menjelang Maghrib.
Setelah berbuka puasa, biasanya kami pergi ke masjid untuk salat Tarawih dan tadarus. Usai tadarus, ya main lagi, bahkan ada yang hampir tidak tidur sama sekali karena malam-malam di bulan Ramadan banyak dihabiskan di mushola atau masjid. Menjelang dini hari, sekitar pukul tiga, kami berkeliling kampung untuk membangunkan warga sahur. Setelah itu, barulah kami pulang ke rumah untuk sahur, lalu buru-buru kembali ke mushola atau masjid yang menjadi “base camp” kami selama Ramadan.
Banyak sekali permainan yang kami lakukan. Rasanya tidak pernah kehabisan ide. Kalau tidak bermain catur, ya main karambol. Keduanya bisa dimainkan di teras mushola atau masjid.
Berbicara soal karambol, saya jadi ingat cerita seorang teman*). Ia menghabiskan malam-malam Ramadan dengan bermain karambol bersama teman-temannya.
Saya sempat bertanya, “Termasuk saat malam Lailatul Qadar juga?”
Ia menjawab santai, “Ya, iyalah, kan setiap malam.”
Saya pun berseloroh, “Berarti kamu pas malam Lailatul Qadar main karambol, ibarat main karambol seribu bulan dong!”
Mendengar itu, teman saya hanya tersenyum kecut. Hahaha!
Begitulah sedikit cerita kenangan Ramadan di masa SD—penuh keseruan, tawa, dan kebersamaan yang tak tergantikan. Semoga kenangan ini bisa membuat kita bernostalgia dan tersenyum mengingat masa-masa indah tersebut.
***
*) Semoga Allah SWT mengampuni segala khilaf teman saya, Pak Sugiono, dan Allah SWT berikan tempat yang terbaik bersama syuhada dan shalihin.
Tidak ada komentar: