Nyuluh Kodok, Sebuah Tradisi yang Mulai Terlupakan
Pernahkah kalian mendengar istilah nyuluh kodok? Ini adalah sebuah pekerjaan yang kini mungkin jarang dilakukan, bahkan istilahnya pun mulai terdengar asing. Nyuluh dalam bahasa Jawa memiliki beberapa arti, tergantung pada konteksnya. Secara harfiah, suluh berarti alat penerangan seperti obor yang terbuat dari daun kelapa kering atau damar. Kata nyuluh sendiri berarti memberikan penerangan. Dalam konteks kegiatan ini, nyuluh kodok adalah aktivitas berburu kodok dengan bantuan alat penerang.
Dulu, para penyuluh biasanya menggunakan alat penerang sederhana yang terbuat dari karbit. Karbit yang dicampur dengan air dalam wadah tertentu akan menghasilkan gas asetilena. Gas ini kemudian dialirkan melalui selang kecil yang berujung pada semacam corong menyerupai senter. Ketika gas ini dinyalakan dengan api, muncullah cahaya yang cukup terang untuk menerangi area perburuan.
Para penyuluh biasanya mulai beroperasi selepas sholat Isya. Mereka turun ke sawah-sawah dan tepi sungai untuk menangkap kodok hijau liar. Kodok-kodok yang berhasil ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sikep (wadah anyaman untuk membawa hasil tangkapan). Setelah jumlahnya cukup banyak, kodok-kodok ini disembelih dan dagingnya dijual di pasar tradisional. Salah satu olahan terkenal dari daging kodok adalah swike, hidangan khas yang banyak ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.
Namun, tradisi nyuluh kodok ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa. Saat kami masih duduk di bangku SD, kami juga melakukan aktivitas serupa, tetapi dengan tujuan berbeda. Alih-alih berburu kodok, kami berburu belut! Kegiatan ini biasanya dilakukan di malam minggu, saat kami memiliki waktu luang. Kami tidak menggunakan alat penerang berbasis karbit, melainkan senter biasa. Selain itu, kami juga membawa alat seperti gergaji besi kecil untuk memukul kepala belut yang kami temui di sawah.
Belut biasanya keluar dengan suka rela pada malam hari, sehingga lebih mudah untuk ditangkap. Namun, ada kalanya kami kurang beruntung dan malah bertemu ular! Meski begitu, pengalaman berburu belut di tengah malam tetap menjadi kenangan yang menyenangkan dan penuh tantangan.
Masa kecil memang penuh dengan petualangan yang kini terasa begitu berharga. Apakah kalian juga memiliki pengalaman serupa? Mari berbagi kenangan!
Tidak ada komentar: