oleh :
Luluk Choir (Grup Pejalan Keajaiban)
Menurut Tyo, Alam semesta ini pengumpul data yang andal, sekaligus penyimpan data maha besar, yang dia peroleh dari kejadian dan pengalaman-pengalaman yang yang dialami oleh mahluk.
Menurutku, Alam semesta ini mengajakku mengalami pengalaman-pengalaman dan menyimpan memorinya di tubuh, pikiran, jiwa dan hal-hal lainnya.
Ada sebuah percobaan yang dilakukan ke tikus. Beberapa ekor tikus dimasukkan ke jebakan berupa sebuah kotak panjang. Satu ujung yang buntu diberi cahaya, sedangkan ujung yang terbuka gelap.
Pada percobaan pertama, tikus-tikus itu mengira cahaya itulah tempat keluar. Perlu beberapa kali percobaan sampai tikus-tikus itu menyadari bahwa mereka salah dan mendapatkan jalan yang benar.
Makin lama, mereka makin hapal jalan keluar dan gak pernah salah lagi. Percobaan ini dilakukan lagi di negara berbeda dan tikus-tikus yang berbeda. Ternyata tikus-tikus itu langsung ngerti jalan keluar yang bener!
Mereka kayak udah punya data, udah hapal harus kemana. Teorinya adalah, data pengalaman tikus-tikus pertama diupload ke semesta dan tersimpan di cloud semesta lalu data-data itu didownload oleh tikus-tikus kedua.
Mungkin begitu juga caranya evolusi terjadi ya. Manusia pun sama dengan tikus-tikus itu: mengalami sesuatu, mengumpulkan data lalu mengupload data itu ke semesta. Semesta menyimpan data di cloudnya.
Manusia lain mendownload data itu ketika mereka mengalami hal yang sama. Misalnya ketika terjadi kematian, manusia merasa sedih. Data sedih ini diupload ke semesta dan tersimpan di sana. Ketika ada kejadian kematian lagi, manusia yang lain mendownload data kesedihan itu. Begitu juga hal-hal lainnya.
Masalahnya: data mana yang diambil?
Udah gitu, data yang didownload itu disimpan di memori kecil manusia yang kita sebut tubuh. Ibaratnya kita mendownload data dari cloud untuk disimpan di hard disk. Otomatis tubuh akan mengalami perubahan karena data yang diterimanya.
"Kalau sudah tau seperti itu, mending mama pilih mengupload dan mendownload data yang menyenangkan aja dong, karena tubuh kita kan menyimpan data itu. Data gak menyenangkan akan membuat tubuh merasa gak nyaman dan rasa gak nyaman itu disimpan di tubuh. Bisa jadi penyakit dong."
Kataku. "Ya itu mama. Orang lain bisa berbeda. Jangan lupa, semesta itu juga ingin selalu berekspansi. Untuk expand, butuh rasa gak nyaman, karena kalau udah nyaman dia malas bergerak. Maka dia akan menghadirkan pengalaman gak nyaman ke yang sudah merasa nyaman, agar dia bisa expand dan dapat data baru. Maka saat kita sudah terlalu nyaman, kita perlu memberi rasa gak nyaman secukupnya agar semesta merasa dia sudah expand dan collecting data."
"Mungkin itulah sebabnya mengapa leluhur kita mengajarkan puasa atau yoga atau ajaran lain yang memaksa tubuh mengalami pengalaman gak menyenangkan.
Mereka memilih sendiri rasa gak menyenangkan apa yang mau dialami sehingga pengalaman gak nyaman itu lebih terukur."
"Bisa jadi. Mungkin kita juga perlu berterimakasih kepada hal-hal yang membuat kita mengalami pengalaman yang gak menyenangkan yang masih bisa kita kelola, ya. Misalnya aku yang harus WFO terus, atau mama yang harus menahan ngomel.
Hahaha.
" Wkwkwkwk... wkwkwkwk...
Begitulah pikiran ku dan pikiran Tyo bermain-main untuk memahami semesta yang luar biasa besar ini. Kami sibuk bereksperimen mengenali semesta dengan cara kami.
Enjoy!
Tidak ada komentar: