Article

Ramadan Menulis #14 : Dari Didis ke Petan


Nostalgia Perawatan Rambut ala Zaman Dulu

Selain "ngasak" yang kita bahas kemarin, ada satu lagi aktivitas yang dulu umum dilakukan tetapi kini mulai punah seiring perkembangan zaman.

Dahulu, ketika banyak perempuan memiliki rambut panjang, mereka memerlukan perawatan khusus agar rambut tetap sehat dan indah. Salah satu cara tradisional yang sering digunakan adalah keramas dengan rendaman air arang, yang dalam bahasa Jawa disebut "rendaman air merang". Namun, merang yang digunakan bukan sembarang arang, melainkan hasil pembakaran jerami kering. Tradisi ini begitu populer hingga sebuah merek sampo terkenal pun mengeluarkan varian "sampo merang".

Nah, masih berkaitan dengan perawatan rambut, rambut yang sehat bisa diibaratkan seperti tanaman yang perlu dirawat. Namun, seperti halnya tanaman yang rentan terhadap hama, rambut pun tidak luput dari gangguan. Salah satu tanda bahwa seseorang mengalami gangguan pada rambutnya adalah ketika ia mulai sering "didis".

Dalam bahasa Jawa, "didis" berarti menggaruk-garuk kepala karena gatal, biasanya akibat kutu atau ketombe. Contohnya dalam percakapan:

Dheweke didis terus, mbokmenawa ana tumone. → "Dia garuk-garuk terus, mungkin ada kutunya."

Jika ada beberapa orang yang mulai didis secara bersamaan, bisa dipastikan ada wabah kecil yang menyebar. Dari sini, muncullah sebuah aktivitas spesial yang sering dilakukan bersama, yaitu "petan", atau perburuan kutu rambut!

Ritual Perburuan Kutu yang Seru

Biasanya, petan dilakukan oleh beberapa orang, sekitar tiga hingga empat orang, yang duduk berjejer di anak tangga. Posisi mereka dibuat berurutan dari yang paling bawah hingga yang paling atas. Kemudian, dimulailah perburuan!

Mencari kutu rambut bisa menjadi aktivitas yang cukup seru, apalagi ketika menemukan hasil buruan. Ada yang berhasil menemukan telur kutu, yang dalam bahasa Jawa disebut "liso" atau "lingso", dan ada pula yang menangkap kutu besar serta gemuk.

Nah, saking gemasnya, begitu kutu tertangkap, biasanya langsung "digites", yaitu dijepit menggunakan kedua kuku ibu jari hingga mati. Bahkan, ada juga yang lebih ekstrem, yaitu "kremus", alias menggigit telur kutu dengan gigi! Hehehe, agak sadis juga kalau dipikir-pikir.

Pernah Mengalami Petan?

Dulu, petan bukan sekadar aktivitas membersihkan rambut, tetapi juga menjadi momen kebersamaan. Kini, dengan semakin mudahnya akses ke produk perawatan rambut modern, aktivitas ini mulai menghilang.

Apakah kamu pernah mengalami perburuan kutu rambut ini? Atau justru menjadi "korban" dari serangan kutu? Bagikan ceritamu di kolom komentar.

3 komentar:

  1. Petan merupakan aktivitas emak2 zaman dulu sekaligus ajang menggosip tetangga hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini pasti salah satu saksi atau bahkan pelakunya 🤣🤣🤣🤣

      Hapus
  2. Jaman dulu ada akronim "Disko" Didis ndek ngarepe toko.. 😁

    BalasHapus

Terima kasih sudah membaca tulisan "Ramadan Menulis #14 : Dari Didis ke Petan"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.